Rabu, 04 Mei 2011

ASEAN

Tantangan ASEAN tidak Ringan

Rabu, 4 Mei 2011 20:29 WIB
KESIBUKAN menjelang dilangsungkannya Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Jakarta mulai terasa. Setidaknya pengaturan lalu lintas menjelang kedatangan 10 pimpinan negara ASEAN ke Jakarta pada akhir pekan ini, sudah ditetapkan. Truk-truk angkutan barang dilarang masuk Jakarta saat KTT berlangsung tanggal 7 dan 8 Mei mendatang.

Pertemuan di Jakarta menjadi penting karena semakin mendekati diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN secara penuh pada tahun 2015. Pada saat ini perekonomian ASEAN akan menjadi satu kesatuan dan diharapkan kesejahteraan masyarakatnya akan semakin membaik.

Dengan tidak adanya lagi pembatasan lalu lintas barang, modal, dan manusia, maka semua yang tinggal di kawasan ini bisa beraktivitas di mana saja di antara 10 negara ASEAN. Ini bukan hanya akan semakin mempertinggi tingkat persaingan antarwarga, tetapi hanya mereka yang berkualitas unggul yang bisa menikmati keterbukaan ekonomi ini.

Sebagai negara dengan potensi ekonomi dan jumlah penduduk terbesar di ASEAN, Indonesia akan menjadi pasar yang paling menarik. Kalau manusia-manusia Indonesia tidak juga dipersiapkan menjadi yang terunggul, maka kita hanya benar-benar akan dijadikan pasar dari produk ASEAN.

Inilah yang sepantasnya membangkitkan kesadaran kita. Bahwa kita harus bergegas mempersiapkan diri agar kita tidak menjadi penonton, tetapi menjadi pemenang dari pasar yang semakin terbuka lebar itu.

Sekarang ini kita lebih sering menjadi korban dari keterbukaan pasar. Dalam perdagangan bebas China-ASEAN, kita melihat bagaimana kita tidak siap dan akhirnya merugi akibat defisit perdagangan yang semakin membesar.

Padahal kalau pendekatannya pasar, seharusnya kitalah yang memetik manfaat, China pasarnya begitu besar dengan jumlah penduduk lebih dari 1 miliar. Ternyata yang terjadi justru produk China yang membanjiri pasar Indonesia.

Apa yang salah? Kesiapan kita untuk menghadapi keterbukaan pasar. Kita lupa untuk membangun industri dan manusia agar menghasilkan produk yang kompetitif. Kita hanya berkutat kepada ekspor komoditas yang nilai tambahnya tidak terlalu tinggi.

Kalau kita kemudian menunjuk pemerintah, bukan bermaksud untuk membebankan kesalahan kepada pemerintah. Hanya saja pemerintah seharusnya mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi pasar yang semakin terbuka bebas dan dengan regulasinya mendorong tumbuhnya industri yang unggul.

Pemerintah bisa melakukan itu dengan membuat aturan yang tidak membebani perusahaan. Pemerintah menyediakan infrastruktur yang baik agar produk yang dihasilkan lebih murah didistribusikan. Kebijakan fiskal seperti pajak serta moneter seperti tingkat suku bunga dan nilai tukar dibuat lebih kompetitif.

Ketika pemerintah tidak menyediakan semua itu, jangan heran apabila dunia usaha harus menyediakan sendiri kebutuhan yang diperlukan bagi bergerak. Padahal pengusaha seperti di Singapura, Malaysia, Thailand segala kebutuhan dasarnya disiapkan oleh pemerintah mereka.

Peran pemerintah di banyak negara lain bukanlah sebagai pengutip rente. Mereka melihat tugas pembangunan infrastruktur misalnya, sebagai bagian dari investasi negara. Ketika perusahaan-perusahaan bisa berkembang dan untung besar, pemerintah baru menarik pajak untuk dipergunakan membangun infrastruktur yang lain.

Tidak usah heran apabila ketika Masyarakat Ekonomi ASEAN berjalan penuh tahun 2015 nanti, yang paling akan bisa memetik keuntungan adalah Singapura. Mereka memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan juga memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi.

Sekarang ini Singapura banyak mengambil manfaat mulai diberlakukannya perdagangan bebas ASEAN. Mereka banyak mengambil nilai tambah dari komoditas yang dihasilkan Indonesia mulai dari produk pertanian hingga pertambangan.

Kita bukan bermaksud untuk membuat  kita mundur sebagai bagian masyarakat ekonomi ASEAN. Kita hanya mengingatkan bahwa kita harus mempersiapkan waktu yang tersisa ini secara sebaik-baiknya.

Masyarakat harus dipersiapkan, apa saja yang akan dihadapi ketika masyarakat ekonomi ASEAN terbentuk. Kita tahu apa yang menjadi kelemahan yang harus diperbaiki, sebaliknya mengenal kekuatan yang harus terus didorong.

Sekali lagi peran pemerintah sangat penting untuk membangun pengertian di tengah masyarakat. Bahkan pemerintah tidak boleh bosan untuk terus mengingatkan masyarakat tentang apa yang harus mereka persiapkan.

Kita bukan hanya kini menjabat sebagai Ketua ASEAN. Kita adalah negara terbesar dan pernah disegani oleh negara-negara ASEAN lainnya. Kita jangan hanya menjadi bangsa yang kecil dan bahkan akhirnya hanya menjadi pelengkap dari masyarakat ekonomi ASEAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar